Di kalangan masyarakat Surabaya masih tidak asing istilah Bersih Desa sekalipun mungkin anak-anak kita pasti bertanya apa Bersih Desa itu ? bahkan ada yang bertanya ngapain Desa harus dibersihkan ? wong sudah ada tukang kebersihan? lanjutnya.
Hari ini di kampung kelahiranku Dukuh Pakis lagi ada acara tersebut "Bersih Desa atau Sedekah Bumi". Acara yang demikian ini terasa amat besar ketimbang acara kampung lainnya seperti 17-an atau bahkan pilkada sekalipun kalah besar, apalagi bagi mereka yang menjadi pengurus kampung atau di bilang sesepuh malah lebih repot lagi. Buktinya bahwa acara ini perlu dipersiapkan beberapa bulan sebelumnya, dibentuk panitia Bersih Desa dan lebih dari 3 kali pertemuan sebelum hari H (pelaksanaan) dan yang lebih nampak lagi adalah acara ini dibutuhkan dana yang tidak sedikit lebih dari belasan juta rupiah yang itu melebihi hajatnya LPAY yang habis punya gawe Do'a Bareng anak yatim setiap tahun dengan Festival Banjari-nya se Surabaya.
Saya pun merasa bangga dan senang dengan budaya kita sendiri yang masih eksis di tengah perkembangan peradaban dan ekonomi yang sangat cepat di lingkungan Dukuh Pakis.
Namun dibalik kebanggaan saya muncul pemikiran yang menggelitik di benak saya, yaitu apa manfaat dan hikmah budaya yang tetap ingin dipertahankan oleh sebagian warga Dukuh Pakis ini? Apakah manfaat lebih besar dari pada mudhorotnya ? ataukah bahkan kurang bermanfaat ?
Bukankah agama kita Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu yang diperintah Allah pasti mempunyai manfaat dan pasti manfaatnya lebih besar ketimbang sisi negatinya.
Apa makna Bersih Desa atau Sedekah Bumi itu ?
Ternyata berawal dari sebuah kebiasaan penduduk pribumi (asli) Dukuh Pakis dahulu yang bermatapencaharian sebagai petani. Setelah panen besar(raya) maka penduduk Dukuh Pakis mengungkapkan rasa Syukur dan terima kasihnya kepada sang Pencipta dan Pemberi rizki adalah dengan berkumpul di Pendopo Kelurahan dengan membawa beraneka hasil bumi dan berbagai macam makanan untuk dimakan ramai-ramai yang diawali dengan prosesi do'a kepada Allah SWT. Dan untuk meghilangkan kejenuhan bekerja beberapa lamanya di tengah sawah dan kebun maka dihadirkannya sebuah tontonan Wayang Kulit semalam suntuk sekedar untuk hiburan rakyat pada umumnya.
Nah dengan persepsi semacam itu maka tradisi Bersih Desa tetap diperetahankan sampai dengan sekarang sekalipun zaman sudah berganti. Tidak ada lagi petani, apalagi sawah dan kebun yang ada kos-kosan dan gedung-gedung tinggi. Wayang sudah bukan menjadi hiburan yang disukai masyarakat sekarang hanya sebagian kecil kelompok masyarakat yang menyukainya, dll. Apalagi Dukuh Pakis sekarang sudah bisa dikatakan masyarakat yang lebih religius dengan berbagai macam kegiatan dan kelompok sosial keagamaan.
Sejalan dengan perkembanagan zaman sekarang ini dan prilaku muatan yang ada di dalam acara Bersih Desa atau Sedekah Bumi tersebut patutkah dipertahankan ???
Ada sebuah kaidah Ushul Fiqih yang mengatakan bahwa Al Adaatu Muhakkamah artinya kurang lebih bahwa sebuah tradisi atau budaya dapat dipertahankan bahkan dijadikan sebuah hukum jikalau adat dan budaya itu tidak bertentangan dengan Hukum Syari'at agama Islam. Tentang apakah termasuk bid-ah (ibadah yang mangada-ada) ? Pasti itu bid-ah karena tidak pernah dilakukan oleh Rosulullah SAW akan tetapi karena Ghoiru Mahdhoh maka itu tidak ada masalah dilakukan kecuali ibadah Mahdhoh yang sudah ada ketentuannya dari Al Qur-an atau Al Hadits seperti sholat, puasa, haji dll.
Yang terpenting sekarang adalah apa Content (isi) daripada Bersih Desa (Sedekah Bumi) itu. Apakah di dalamnya masih berpegang teguh kepada Hukum Syari'at Islam atau sudah bertentangan atau menyalahi Hukum Islam atau bahkan sudah ada indikasi kekufuran disana. Baru kita bisa membenarkan atau menghentikan tradisi tersebut. Tentunya saya berharap masih berpegang teguh pada ajaran agama Islam, apalagi di dalam kepanitiaannya pasti ada orang yang tahu agama sehingga bisa mengarahkan ke jalan yang benar.
Apakah esensi sesungguhnya Bersih Desa atau Sedekah Bumi itu ?
Dari keterangan diatas pasti dapat kita simpulkan bahwa esensi Bersih Desa atau Sedekah Bumi itu adalah SYUKUR.
Apakah Syukur itu ? Beberapa hal yang dapat saya sampaikan tentang Syukur.
- Ingatlah bahwa Allah mengingatkan "Waqoliilum Minasy Syakiriin" artinya sedikit sekali diantara kita manusia yang pandai bersyukur.
- Dalam kesempatan yang lain Allah menjajikan bahwa orang yang banyak sukur maka akan ditambah nikmatnya akan tetapi jika susah untuk bersyukur maka sesungguhnya adzah Allah sangat pedih.
- YM mengatakan salah satu cara kita mengundang Allah adalah dengan banyak Syukur.
- KH. Nurkholish Misbach pernah mengatakan orang yang bersyukur atas pemberian Allah atas dirinya adalah hal biasa tetapi yang luar biasa adalah seseorang yang mendapati teman, saudara atau tetangganya menerima nikmat kemudian dirinya bersyukur bahkan bagi-bagi makanan maka itulah orang yang tingkatan bersyukurnya lebih tinggi.
- Bersyukur adalah menggunakan pemberian sesuai dengan kehendak yang memberi artinya jika di berikan harta maka gunakan harta untuk bersedekah sesuai dengan kehendak yang memberi harta.
- Bersukur berarti terima kasih, artinya orang yang bersyukur adalah orang yang sudah terima maka seharusnya ngasih, karena terima kasih.
Saya berharap kampungku tetap menjadi kampung yang pandai bersyukur agar kenikmatan terus ditambah oleh Allah SWT. Amien....
Bersih Desa, Sedekah Bumi atau apa saja namanya saya berharap contentnya tetap mengindahkan hukum-hukum Syariat Allah agar Allah membukankan keberkahan dari pintu langit dan bumi. Amien..
Wallahu a'lamu bish showab.... Aby