Selasa, 27 Desember 2011

TIGA SEBAB KEBINASAAN UMAT

          Setiap manusia tidak akan pernah lepas dari musibah, bencana atau ujian (cobaan). Baik itu dari golongan orang kafir, orang beriman, Islam, tidak Islam, tidak ibadah, bahkan orang yang iman dan beribadah sekalipun suatu ketika diuji oleh Allah SWT, sebagai mana firman Allah dalam QS. Al Baqoroh 155-156, yang artinya “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta benda, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan “Innalallahi Wainna Ilaihi Roji’un”.
          Sejenak mari kita melihat beberapa bencana atau musibah besar yang menimpa bangsa kita, salah satu diantaranya mungkin belum hilang dari ingatan kita yaitu tragedi Situ Gintung. Akibat dari peristiwa itu sedikitnya 100 orang telah meninggal dunia dan kurang lebih 100 orang lainnya dinyatakan hilang terseret arus akibat jebolnya tanggul tua Situ Gintung. Selain korban jiwa, beberapa banyak harta benda berupa rumah, kendaraan, perabot-perabot dan beberapa surat-surat penting lainnya yang juga ikut lenyap di terjang derasnya air bah itu. Namun, Subhanallah ditengah-tengah porakporandahnya seluruh bangunan yang ada terlihat jelas kalau kita menyaksikan tayangan televisi begitu kokohnya bangunan Masjid yang justru begitu dekat dengan tanggul yang jebol itu. Itulah tanda-tanda kebesaran Allah.
          Ibarat air mata belum juga kering musibah lainnya yang baru-baru ini terjadi yaitu tragedi jatuhnya pesawat Hercules (sebuah pesawat terbaik yang pernah dibuat oleh manusia) milik Angkatan Laut kita di daerah Magetan Jawa Timur. Dalam peristiwa itu hampir semuanya dipastikan meninggal dunia, hanya beberapa orang saja yang selamat mengalami luka-luka berat. Semuanya itu hanya menyisahkan kepedihan dan luka bagi keluarga korban. Belum lagi musibah-musibah kecil lainnya.
          Jika melihat ayat al Qur’an Surat Al Baqoroh 155-156 di atas maka semua bisa jadi peringatan, ujian atau bahkan adzab dari Allah SWT. Tetapi mari kita melihat beberapa kejadian besar yang terjadi akhir-akhir ini dari sudut pandang Allah yang lain, yaitu bahwa suatu umat dan bangsa mengalami pasang surut, bahkan hingga tercatat dalam sejarah sebagai umat terpuruk. Allah swt. Berfirman “Maka mengapa tidak ada diantara umat-umat sebelum kamu orang yang mempunyai keutamaan yang melarang (berbuat) kerusakan di bumi. Dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan dan kemewahan. Dan adalah orang-orang yang berdosa.”(Huud: 116)
          Dari ayat diatas, jelaslah bahwasannya ada tiga sebab yang menjadikan kebinasaan suatu umat di muka bumi yaitu dimana suatu umat tidak mencegah adanya kerusakan, suatu umat tenggelam dalam kenikmatan dunia dan suatu umat senang akan berbuat dosa.

1.       TIDAK MENCEGAH KERUSAKAN
          Terjadinya kerusakan di muka bumi, baik kerusakan fisik lingkungan hidup maupun kerusakan moral dan peradaban manusia merupakan faktor utama penyebab kehancuran suatu umat dan bangsa. Karena sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai siapapun umatnya yang berbuat kerusakan.
          Kerusakan fisik di bumi saat ini banyak kita saksikan di mana-mana seperti terjadinya pembalakan liar oleh orang yang tidak bertanggung jawab sehingga menjadikan hutan-hutan gundul dan mengakibatkan banjir, banyaknya pembangunan gedung-gedung besar dan bertingkat tanpa mempedulikan aspek lingkungan dan lain-lain. Oleh karena itu Allah benci kepada orang yang suka berbuat kerusakan. Sebagaimana firman-Nya,
Artinya : “. . . dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.  (al-Qashash: 77)
          Untuk itu, penting bagi kita untuk mengingatkan dan mencegah manusia dari segala bentuk perbuatan yang mengakibatkan kerusakan di bumi ini. Sebagaimana perintah  Allah SWT yang artinya : “Maka setelah mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, kami selamatkan orang-orang yang melarang orang berbuat jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik,” (al-A’raaf: 165)
          Tidak kalah pentingnya lagi kerusakan moral (peradaban manusia) di zaman sekarang ini juga banyak sekali kita saksikan. Sesuatu yang tabu dan tidak patut dilakukan kadang kala menjadi tuntunan atau menjadi sesuatu yang “ngetrend” dan sebaliknya sesuatu yang harus dilakukan kadang kala menjadi suatu tontonan dan cemoohan.
          Satu contoh kecil masalah pakaian. Seorang wanita yang berpakaian serba terbatas, minimalis dan menontonkan aurotnya saat ini banyak menjadi tuntunan (sesuatu yang patut ditiru) dan dianggap gaul. Tetapi sebaliknya seorang yang berpakaian tertutup malah menjadi tontonan dan sekaligus cemoohan dan hinaan.
          Oleh karena itu sesungguhnya perbuatan orang-orang yang mau  mengingatkan dan mencegah manusia  melakukan kerusakan menjadikan umat-umat tersebut tetap eksis akan tetapi jumlah mereka sangatlah sedikit.
          Sebagaimana Allah SWT berfirman,
          Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajika, menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung,” (ali Imran: 104)”


2.       TENGGELAM DALAM KENIKMATAN DUNIA
          Pada dasarnya, dunia dengan segala kenikmatan yang terdapat didalamnya bukanlah sesuatu yang harus dijauhi. Semuanya itu bisa dinikmati selagi tidak menyimpang dari ketentuan Allah SWT. Namun sebaliknya jika kita menyimpang hingga tenggelam dalam kenikmatan dunia, maka binasalah segala kenikmatan yang ada ini. Hal itu sebenarnya sudah diperingatkan Rasulullah saw dalam sabdanya :
         Akan datang suatu masa dimana kamu akan diperebutkan oleh umat lain sebagaimana makanan lezat diperebutkan oleh orang lapar,”
          Para sahabat bertanya, “Apakah saat itu jumlah kami sedikit ya rasulullah?”
         Beliau maenjawab, “Tidak, bahkan jumlah kamu banyak, tetapi seperi buih di lautan karena kalian terserang penyakit wahn.”
          Mereka bertanya lagi, ”Apakah penyakit wahn itu ya rasulallah?”
          Beliau menjawab, “Terlalu cinta dunia dan takut kepada mati.” (HR Abu Daud)
          Tidak diperkenankannya manusia larut dalam kenikmatan dunia dikarenakan ada kenikmatan yang lebih kekal yaitu di akhirat, hingga Rasulullah saw memberikan perumpamaan bahwasaannya kenikmatan dunia dengan akhirat ibarat tetesan air dari jari dengan air yang ada di lautan. Seperti sabda beliau,
Perbandingan dunia dengan akirat seperti seorang yang mencelup-kan jari tangannya ke dalam laut lalu diangkat dan dilihatnya apa yang diperolehnya.(HR. Muslim dan Ibnu Majah)
          Oleh karena itu, seseorang disebut tenggelam dalam kenikmatan dunia yang membuatnya lupa bahwa kehidupan di dunia ini hakikatnya adalah untuk mencari bekal menuju kebahagiaan yang hakiki di akhirat nanti.
          Allah SWT berfirman,
          Bermegah-megah telah melainkan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatan itu), kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui.” (at-Takaasur: 1-4)

3.       SENANG BERBUAT DOSA
          Dosa adalah penilaian buruk yang diberikan Allah SWT atas perbuatan manusia karena melanggar aqidah, syari’ah,dan akhlaq Islam. Dosa akan menjadi faktor kebinasaan bagi suatu umat atau bangsa. Mereka akan mendapatkan azab yang besar, termasuk di dalamnya permusuhan antar sesama manusia yang menyebabkan perpecahan yang sangat sulit untuk dipersatukan. Allah SWT berfirman,
          Dialah orang yang berkuasa mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu atau dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertantangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain. Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kekuasaan Kami) agar mereka memahami(nya).(al-An_aam: 65)
          Dalam ayat yang lain juga ditegaskan, sebagaimana firman Allah SWT,
          Maka masing- masing (mereka itu) kami azab karena dosa-dosanya, diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, ada yang di timpa suara keras yang mengguntur, ada pula yang Kami tenggelamkan. Allah sama sekaki tidak hendak menzalimi mereka, akan tatepi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.” (al-‘Ankabuut: 40)
          Manakala kita tidak ingin mengalami kebinasaan, maka tidak ada pilihan kecuali terus melakukan gerakan perbaikan dan melestarikan nilai-nilai kebaikan yang sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Allah swt. berfirman,
            Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, selama penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Huud: 117)

5 CIRI UMAT MUHAMMAD SAW

Telah menjadi tradisi di kalangan masyarakat Indonesia bahwa setiap memasuki bulan Rabi’ul Awal atau bulan Mulud (dalam istilah kalender Jawa), umat Islam nampak sedikit sibuk dengan berbagai aktifitas / kegiatan mulai dari membuat nasi kuning, tumpengan, pembacaan Diba-iyah sampai dengan pengadaan acara pengajian umum dan lain sebagainya dalam rangka menyambut dan memperingati  hari kelahiran beliau Rosulullah SAW. Terlebih lagi didaerah tertentu seperti Madura, nuansanya akan lebih kental dan lebih semarak.


Memang sedikit berbeda dengan negara-negara Islam atau negara yang mayoritas muslim yang mungkin jarang ditemui bentuk aktifitas seperti di negara kita. Terlepas dari itu semua yang penting adat bisa dijadikan hukum asalkan tidak bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri seperti dalam Kaidah Ushul Fiqih (Al ‘Adatu Muhakkamah).

Kita melihat, tidak jarang dari kegiatan-kegiatan tersebut hanya sekedar ceremonial (gebyarnya) saja. Seharusnya esensi dari kegiatan tersebut hendaknya dapat diambil sehingga kita dapat mencontoh prilaku dari beliau Rosululloh SAW yang akhirnya dapat mempertebal kadar keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Diantara salah satu hikmah yang dapat kita ambil dari peringatan Maulid Nabi SAW adalah ada 5 ciri yang menjadikan seorang muslim dapat diakui menjadi umat Nabi Muhammad SAW. Ini teramat penting karena kita bisa saja mengaku menjadi umat Nabi SAW tetapi pertanyaannya apakah Nabi kita mengakui atau tidak jika kita menjadi umat beliau. Dan jika kita sudah mempunyai 5 ciri tersebut maka kita akan diakui menjadi umat Nabi dan nanti di akhirat dapat berdampingan bersama Nabi di Sorga.

Didalam Al Qur-an Surat Al Fath : 29 Allah SWT berfirman yang artinya : “Muhammad adalah utusan Allah, dan akan bersama beliau orang-orang yang tegas kepada orang kafir, dan mereka berkasih sayang diantara sesama (muslim), mereka sungguh-sungguh ibadah kepada Allah, mereka selalu mencari ridlo Allah SWT dan ada bekas (pengaruh positif) dalam kehidupan sehari-hari atas ibadah yang mereka lakukan”.

Berdasarkan ayat di atas dapat kita simpulkan bahwa ada 5 ciri umat Nabi Muhammad SAW yang harus kita miliki :

1. TEGAS KEPADA ORANG KAFIR
Islam mengajarkan agar umatnya mempunyai sifat tegas kepda orang kafir dalam masalah aqidah/keyakinan tidak ada kompromi dalam beraqidah dan berkeyakinan. Sebab hal ini pernah terjadi di zaman Nabi SAW. Ketika persetruan antara umat Islam dengan orang kafir tidak kunjung selesai maka muncul sebuah ide dari pemimpin orang kafir untu menyatukan dua keyakina yang berbeda. Maksudnya ketika orang Islam melakukan ibadah maka orang kafir mengikuti, begitu sebaliknya ketika orang kafir ibadah maka orang Islam ganti mengikuti. Melihat hal demikian Nabi SAW langsung menentang ide tersebut  melalui firman Allah SWT Q.S Al Kafirun : 6. Artinya “ Bagimu agamamu dan bagiku agamaku “.
Disamping masalah keyakinan, umat Islam hendaknya tegas kepada budaya dan prilaku orang kafir yang sekiranya bertentangan dengan ajaran Islam. Sebab tidak sedikit budaya dan prilaku kita kadang-kadang meniru budaya dan prilku orang kafir. Seperti cara barpakaian, mode pakaian itu sendiri, perayaan-perayaan atau pesta dan lain sebagainya. Kita mungkin akan menolak dengan keras ketika kita ditawari (diajak) beribadah seperti ibadah orang lain, tetapi kadang-kadang kita tidak terasa aqidah kita sudah digerogoti oleh budaya-budaya orang kafir melalui tontonan, mode berpakaian dan lain sebagainya. Hal ini pernah diwanti-wanti oleh beliau dalam sebuah hadits, artinya : ” Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia bagian dari mereka ”. (H.R Abu Daud)

2. BERKASIH SAYANG KEPADA SESAMA (MUSLIM)
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al Hujuraat : 10, artinya : ”Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah SWT agar kamu mendapat rahmat ”. Dari ayat diatas jelas menerangkan bahwa orang Islam harus mempunyai rasa kasih dan sayang sesama muslim, mempunyai rasa senasib sepenanggungan bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang Islam lainnya karena kita adalah bersaudara. Bahkan didalam keterangan hadits Rosulullah pernah mengancam ”tidak dikatakan orang itu beriman jikalau belum mampu mencintai oarng lain sama seperti mencintai dirinya sendiri”. Dan kesempatan yang lainpun Rosulullah pernah menyampaikan ”Tidak dikatakan orang itu beriman jika dia tidur pulas sementara ada tetangga kanan atau kiri yang menangis karena kelaparan”.
Perasaan belas dan kasih sayang adalah sesuatu yang teramat penting karena merupakan buah daripada keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Kita lihat fenomena di masyarakat kita bahwa kasih dan sayang sudah mulai pudar. Terbukti dengan kejadian seorang ibu bunuh diri dengan 3 orang anaknya karena tidak bisa makan, masih segar dalam ingatan kita. Berita terakhir ada seorang perempuan korban pembiusan dan pemerkosaan ditelantarkan begitu saja, dirawat seadanya di pos kamling dan akhirnya meninggal dunia, dan masih banyak cerita lainnya.

3. MANTAP DALAM BERIBADAH
Orang Islam tidak cukup hanya pandai berdebat, pandai keilmuan saja tetapi hampa dalam prilaku ibadah, ruku dan sujud kepada Allah SWT. Seyogyanya iman perlu dibuktikan dengan prilaku ibadah. Bukankah Rosulullah pernah bersabda, artinya ” Iman itu telanjang dan bajunya adalah taqwa kepada Allah SWT ”. Dan taqwa itu sendiri dapat kita pahami secara mudah yaitu menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah SWT. Terkadang ada sebagian orang salah kaprah mengartikan sebuah perintah dan tujuan ibadah. Pada akhirnya seakan-akan mengambil tujuan (hikmah)nya saja tanpa bersusah payah melakukan perintah ibadahnya. Seperti tujuan sholat supaya kita dapat ingat kepada Allah SWT tetapi ada sebagian orang orang seudah merasa ingat kepada Allah dan enggan melakukan sholat.
Jika hal ini terjadi maka tidak salah jika Allah SWT mengingatkan ciri umat Nabi Muhammad yang ketiga adalah mantap dalam beribadah. Dan juga Rosuklullah SAW mengingatkan jika ada seorang alim tetapi enggan melakukan perintah Allah esok di hari qiamat dia dimasukkan neraka dan berputar-putar didalamnya sambil lehernya terikat seperti seekor kuda.

4. SELALU MENCARI RIDLO ALLAH SWT
Ridlo adalah rasa suka / senang / rela satu pihak kepada pihak lain dan pengaruhnya kepada pihak yang mendapat keridloan. Maka sesuatu yang dilakukan akan mendapat kemudahan dan kebahagiaan. Seorang anak jika mendapat ridlo orang tua maka apapun yang ia minta akan diberikan. Istri mendapat ridlo suami seluruh yang diminta akan dipenuhi. Sebaliknya jika anak atau istri tidak mendapat ridlo maka kesulitan dan kesengsaraan yang akan ia dapat.
Begitu juga seorang hamba / makhluk, apapun yang ia perbuat hendaknya tujuannya cuma satu yaitu mencari Ridlo Allah SWT. Ibadah, bekerja, mencari ilmu, bersodaqoh  tujuannya mencari Ridlo Allah SWT. Sholat, haji, puasa, zakat membantu orang lain, taat kepada orang tua semua mencari ridlo Allah SWT. Dan jika kita te;ah mendapat Ridlo maka apapun yang kita lakukan akan terasa mudah dan membahagiakan.     

5. PENGARUH POSITIF DARI BERIBADAH
Segala sesuatu baik itu perintah atau larangan pasti mempunyai hikmah (pengaruh positif) karena memang ending segala sesuatu adalah kebaikan. Ibarat sebuah pohon harapan akhir adalah berbuah atau sebuah kemanfaatan dan jika tidak, maka pohon itu tidak dapat diambil manfaatnya dan bisa jadi akan dipotong.
Begitu pula dengan orang Islam, ending adalah sebuah kemanfaatan bagi kemaslahatan umat. Sebagaimana pesan Nabi SAW ” Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bermanfaat kepada orang lain”. Dalam keterangan yang lain Rosul menyampaikan ” Muslim sejati adalah orang Islam yang menyelamatkan orang Islam lain dari gangguan lidah dan tangannya.”