Setiap manusia tidak akan pernah lepas dari musibah, bencana atau ujian (cobaan). Baik itu dari golongan orang kafir, orang beriman, Islam, tidak Islam, tidak ibadah, bahkan orang yang iman dan beribadah sekalipun suatu ketika diuji oleh Allah SWT, sebagai mana firman Allah dalam QS. Al Baqoroh 155-156, yang artinya “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta benda, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan “Innalallahi Wainna Ilaihi Roji’un”.
Sejenak mari kita melihat beberapa bencana atau musibah besar yang menimpa bangsa kita, salah satu diantaranya mungkin belum hilang dari ingatan kita yaitu tragedi Situ Gintung. Akibat dari peristiwa itu sedikitnya 100 orang telah meninggal dunia dan kurang lebih 100 orang lainnya dinyatakan hilang terseret arus akibat jebolnya tanggul tua Situ Gintung. Selain korban jiwa, beberapa banyak harta benda berupa rumah, kendaraan, perabot-perabot dan beberapa surat-surat penting lainnya yang juga ikut lenyap di terjang derasnya air bah itu. Namun, Subhanallah ditengah-tengah porakporandahnya seluruh bangunan yang ada terlihat jelas kalau kita menyaksikan tayangan televisi begitu kokohnya bangunan Masjid yang justru begitu dekat dengan tanggul yang jebol itu. Itulah tanda-tanda kebesaran Allah.
Ibarat air mata belum juga kering musibah lainnya yang baru-baru ini terjadi yaitu tragedi jatuhnya pesawat Hercules (sebuah pesawat terbaik yang pernah dibuat oleh manusia) milik Angkatan Laut kita di daerah Magetan Jawa Timur. Dalam peristiwa itu hampir semuanya dipastikan meninggal dunia, hanya beberapa orang saja yang selamat mengalami luka-luka berat. Semuanya itu hanya menyisahkan kepedihan dan luka bagi keluarga korban. Belum lagi musibah-musibah kecil lainnya.
Jika melihat ayat al Qur’an Surat Al Baqoroh 155-156 di atas maka semua bisa jadi peringatan, ujian atau bahkan adzab dari Allah SWT. Tetapi mari kita melihat beberapa kejadian besar yang terjadi akhir-akhir ini dari sudut pandang Allah yang lain, yaitu bahwa suatu umat dan bangsa mengalami pasang surut, bahkan hingga tercatat dalam sejarah sebagai umat terpuruk. Allah swt. Berfirman “Maka mengapa tidak ada diantara umat-umat sebelum kamu orang yang mempunyai keutamaan yang melarang (berbuat) kerusakan di bumi. Dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan dan kemewahan. Dan adalah orang-orang yang berdosa.”(Huud: 116)
Dari ayat diatas, jelaslah bahwasannya ada tiga sebab yang menjadikan kebinasaan suatu umat di muka bumi yaitu dimana suatu umat tidak mencegah adanya kerusakan, suatu umat tenggelam dalam kenikmatan dunia dan suatu umat senang akan berbuat dosa.
1. TIDAK MENCEGAH KERUSAKAN
Terjadinya kerusakan di muka bumi, baik kerusakan fisik lingkungan hidup maupun kerusakan moral dan peradaban manusia merupakan faktor utama penyebab kehancuran suatu umat dan bangsa. Karena sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai siapapun umatnya yang berbuat kerusakan.
Kerusakan fisik di bumi saat ini banyak kita saksikan di mana-mana seperti terjadinya pembalakan liar oleh orang yang tidak bertanggung jawab sehingga menjadikan hutan-hutan gundul dan mengakibatkan banjir, banyaknya pembangunan gedung-gedung besar dan bertingkat tanpa mempedulikan aspek lingkungan dan lain-lain. Oleh karena itu Allah benci kepada orang yang suka berbuat kerusakan. Sebagaimana firman-Nya,
Artinya : “. . . dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (al-Qashash: 77)
Untuk itu, penting bagi kita untuk mengingatkan dan mencegah manusia dari segala bentuk perbuatan yang mengakibatkan kerusakan di bumi ini. Sebagaimana perintah Allah SWT yang artinya : “Maka setelah mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, kami selamatkan orang-orang yang melarang orang berbuat jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik,” (al-A’raaf: 165)
Tidak kalah pentingnya lagi kerusakan moral (peradaban manusia) di zaman sekarang ini juga banyak sekali kita saksikan. Sesuatu yang tabu dan tidak patut dilakukan kadang kala menjadi tuntunan atau menjadi sesuatu yang “ngetrend” dan sebaliknya sesuatu yang harus dilakukan kadang kala menjadi suatu tontonan dan cemoohan.
Satu contoh kecil masalah pakaian. Seorang wanita yang berpakaian serba terbatas, minimalis dan menontonkan aurotnya saat ini banyak menjadi tuntunan (sesuatu yang patut ditiru) dan dianggap gaul. Tetapi sebaliknya seorang yang berpakaian tertutup malah menjadi tontonan dan sekaligus cemoohan dan hinaan.
Oleh karena itu sesungguhnya perbuatan orang-orang yang mau mengingatkan dan mencegah manusia melakukan kerusakan menjadikan umat-umat tersebut tetap eksis akan tetapi jumlah mereka sangatlah sedikit.
Sebagaimana Allah SWT berfirman,
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajika, menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung,” (ali Imran: 104)”
2. TENGGELAM DALAM KENIKMATAN DUNIA
Pada dasarnya, dunia dengan segala kenikmatan yang terdapat didalamnya bukanlah sesuatu yang harus dijauhi. Semuanya itu bisa dinikmati selagi tidak menyimpang dari ketentuan Allah SWT. Namun sebaliknya jika kita menyimpang hingga tenggelam dalam kenikmatan dunia, maka binasalah segala kenikmatan yang ada ini. Hal itu sebenarnya sudah diperingatkan Rasulullah saw dalam sabdanya :
“Akan datang suatu masa dimana kamu akan diperebutkan oleh umat lain sebagaimana makanan lezat diperebutkan oleh orang lapar,”
Para sahabat bertanya, “Apakah saat itu jumlah kami sedikit ya rasulullah?”
Beliau maenjawab, “Tidak, bahkan jumlah kamu banyak, tetapi seperi buih di lautan karena kalian terserang penyakit wahn.”
Mereka bertanya lagi, ”Apakah penyakit wahn itu ya rasulallah?”
Beliau menjawab, “Terlalu cinta dunia dan takut kepada mati.” (HR Abu Daud)
Tidak diperkenankannya manusia larut dalam kenikmatan dunia dikarenakan ada kenikmatan yang lebih kekal yaitu di akhirat, hingga Rasulullah saw memberikan perumpamaan bahwasaannya kenikmatan dunia dengan akhirat ibarat tetesan air dari jari dengan air yang ada di lautan. Seperti sabda beliau,
“Perbandingan dunia dengan akirat seperti seorang yang mencelup-kan jari tangannya ke dalam laut lalu diangkat dan dilihatnya apa yang diperolehnya.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
Oleh karena itu, seseorang disebut tenggelam dalam kenikmatan dunia yang membuatnya lupa bahwa kehidupan di dunia ini hakikatnya adalah untuk mencari bekal menuju kebahagiaan yang hakiki di akhirat nanti.
Allah SWT berfirman,
“Bermegah-megah telah melainkan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatan itu), kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui.” (at-Takaasur: 1-4)
3. SENANG BERBUAT DOSA
Dosa adalah penilaian buruk yang diberikan Allah SWT atas perbuatan manusia karena melanggar aqidah, syari’ah,dan akhlaq Islam. Dosa akan menjadi faktor kebinasaan bagi suatu umat atau bangsa. Mereka akan mendapatkan azab yang besar, termasuk di dalamnya permusuhan antar sesama manusia yang menyebabkan perpecahan yang sangat sulit untuk dipersatukan. Allah SWT berfirman,
“Dialah orang yang berkuasa mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu atau dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertantangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain. Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kekuasaan Kami) agar mereka memahami(nya).” (al-An_aam: 65)
Dalam ayat yang lain juga ditegaskan, sebagaimana firman Allah SWT,
“Maka masing- masing (mereka itu) kami azab karena dosa-dosanya, diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, ada yang di timpa suara keras yang mengguntur, ada pula yang Kami tenggelamkan. Allah sama sekaki tidak hendak menzalimi mereka, akan tatepi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.” (al-‘Ankabuut: 40)
Manakala kita tidak ingin mengalami kebinasaan, maka tidak ada pilihan kecuali terus melakukan gerakan perbaikan dan melestarikan nilai-nilai kebaikan yang sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Allah swt. berfirman,
“Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, selama penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Huud: 117)