Selasa, 27 Desember 2011

5 CIRI UMAT MUHAMMAD SAW

Telah menjadi tradisi di kalangan masyarakat Indonesia bahwa setiap memasuki bulan Rabi’ul Awal atau bulan Mulud (dalam istilah kalender Jawa), umat Islam nampak sedikit sibuk dengan berbagai aktifitas / kegiatan mulai dari membuat nasi kuning, tumpengan, pembacaan Diba-iyah sampai dengan pengadaan acara pengajian umum dan lain sebagainya dalam rangka menyambut dan memperingati  hari kelahiran beliau Rosulullah SAW. Terlebih lagi didaerah tertentu seperti Madura, nuansanya akan lebih kental dan lebih semarak.


Memang sedikit berbeda dengan negara-negara Islam atau negara yang mayoritas muslim yang mungkin jarang ditemui bentuk aktifitas seperti di negara kita. Terlepas dari itu semua yang penting adat bisa dijadikan hukum asalkan tidak bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri seperti dalam Kaidah Ushul Fiqih (Al ‘Adatu Muhakkamah).

Kita melihat, tidak jarang dari kegiatan-kegiatan tersebut hanya sekedar ceremonial (gebyarnya) saja. Seharusnya esensi dari kegiatan tersebut hendaknya dapat diambil sehingga kita dapat mencontoh prilaku dari beliau Rosululloh SAW yang akhirnya dapat mempertebal kadar keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Diantara salah satu hikmah yang dapat kita ambil dari peringatan Maulid Nabi SAW adalah ada 5 ciri yang menjadikan seorang muslim dapat diakui menjadi umat Nabi Muhammad SAW. Ini teramat penting karena kita bisa saja mengaku menjadi umat Nabi SAW tetapi pertanyaannya apakah Nabi kita mengakui atau tidak jika kita menjadi umat beliau. Dan jika kita sudah mempunyai 5 ciri tersebut maka kita akan diakui menjadi umat Nabi dan nanti di akhirat dapat berdampingan bersama Nabi di Sorga.

Didalam Al Qur-an Surat Al Fath : 29 Allah SWT berfirman yang artinya : “Muhammad adalah utusan Allah, dan akan bersama beliau orang-orang yang tegas kepada orang kafir, dan mereka berkasih sayang diantara sesama (muslim), mereka sungguh-sungguh ibadah kepada Allah, mereka selalu mencari ridlo Allah SWT dan ada bekas (pengaruh positif) dalam kehidupan sehari-hari atas ibadah yang mereka lakukan”.

Berdasarkan ayat di atas dapat kita simpulkan bahwa ada 5 ciri umat Nabi Muhammad SAW yang harus kita miliki :

1. TEGAS KEPADA ORANG KAFIR
Islam mengajarkan agar umatnya mempunyai sifat tegas kepda orang kafir dalam masalah aqidah/keyakinan tidak ada kompromi dalam beraqidah dan berkeyakinan. Sebab hal ini pernah terjadi di zaman Nabi SAW. Ketika persetruan antara umat Islam dengan orang kafir tidak kunjung selesai maka muncul sebuah ide dari pemimpin orang kafir untu menyatukan dua keyakina yang berbeda. Maksudnya ketika orang Islam melakukan ibadah maka orang kafir mengikuti, begitu sebaliknya ketika orang kafir ibadah maka orang Islam ganti mengikuti. Melihat hal demikian Nabi SAW langsung menentang ide tersebut  melalui firman Allah SWT Q.S Al Kafirun : 6. Artinya “ Bagimu agamamu dan bagiku agamaku “.
Disamping masalah keyakinan, umat Islam hendaknya tegas kepada budaya dan prilaku orang kafir yang sekiranya bertentangan dengan ajaran Islam. Sebab tidak sedikit budaya dan prilaku kita kadang-kadang meniru budaya dan prilku orang kafir. Seperti cara barpakaian, mode pakaian itu sendiri, perayaan-perayaan atau pesta dan lain sebagainya. Kita mungkin akan menolak dengan keras ketika kita ditawari (diajak) beribadah seperti ibadah orang lain, tetapi kadang-kadang kita tidak terasa aqidah kita sudah digerogoti oleh budaya-budaya orang kafir melalui tontonan, mode berpakaian dan lain sebagainya. Hal ini pernah diwanti-wanti oleh beliau dalam sebuah hadits, artinya : ” Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia bagian dari mereka ”. (H.R Abu Daud)

2. BERKASIH SAYANG KEPADA SESAMA (MUSLIM)
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al Hujuraat : 10, artinya : ”Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah SWT agar kamu mendapat rahmat ”. Dari ayat diatas jelas menerangkan bahwa orang Islam harus mempunyai rasa kasih dan sayang sesama muslim, mempunyai rasa senasib sepenanggungan bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang Islam lainnya karena kita adalah bersaudara. Bahkan didalam keterangan hadits Rosulullah pernah mengancam ”tidak dikatakan orang itu beriman jikalau belum mampu mencintai oarng lain sama seperti mencintai dirinya sendiri”. Dan kesempatan yang lainpun Rosulullah pernah menyampaikan ”Tidak dikatakan orang itu beriman jika dia tidur pulas sementara ada tetangga kanan atau kiri yang menangis karena kelaparan”.
Perasaan belas dan kasih sayang adalah sesuatu yang teramat penting karena merupakan buah daripada keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Kita lihat fenomena di masyarakat kita bahwa kasih dan sayang sudah mulai pudar. Terbukti dengan kejadian seorang ibu bunuh diri dengan 3 orang anaknya karena tidak bisa makan, masih segar dalam ingatan kita. Berita terakhir ada seorang perempuan korban pembiusan dan pemerkosaan ditelantarkan begitu saja, dirawat seadanya di pos kamling dan akhirnya meninggal dunia, dan masih banyak cerita lainnya.

3. MANTAP DALAM BERIBADAH
Orang Islam tidak cukup hanya pandai berdebat, pandai keilmuan saja tetapi hampa dalam prilaku ibadah, ruku dan sujud kepada Allah SWT. Seyogyanya iman perlu dibuktikan dengan prilaku ibadah. Bukankah Rosulullah pernah bersabda, artinya ” Iman itu telanjang dan bajunya adalah taqwa kepada Allah SWT ”. Dan taqwa itu sendiri dapat kita pahami secara mudah yaitu menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah SWT. Terkadang ada sebagian orang salah kaprah mengartikan sebuah perintah dan tujuan ibadah. Pada akhirnya seakan-akan mengambil tujuan (hikmah)nya saja tanpa bersusah payah melakukan perintah ibadahnya. Seperti tujuan sholat supaya kita dapat ingat kepada Allah SWT tetapi ada sebagian orang orang seudah merasa ingat kepada Allah dan enggan melakukan sholat.
Jika hal ini terjadi maka tidak salah jika Allah SWT mengingatkan ciri umat Nabi Muhammad yang ketiga adalah mantap dalam beribadah. Dan juga Rosuklullah SAW mengingatkan jika ada seorang alim tetapi enggan melakukan perintah Allah esok di hari qiamat dia dimasukkan neraka dan berputar-putar didalamnya sambil lehernya terikat seperti seekor kuda.

4. SELALU MENCARI RIDLO ALLAH SWT
Ridlo adalah rasa suka / senang / rela satu pihak kepada pihak lain dan pengaruhnya kepada pihak yang mendapat keridloan. Maka sesuatu yang dilakukan akan mendapat kemudahan dan kebahagiaan. Seorang anak jika mendapat ridlo orang tua maka apapun yang ia minta akan diberikan. Istri mendapat ridlo suami seluruh yang diminta akan dipenuhi. Sebaliknya jika anak atau istri tidak mendapat ridlo maka kesulitan dan kesengsaraan yang akan ia dapat.
Begitu juga seorang hamba / makhluk, apapun yang ia perbuat hendaknya tujuannya cuma satu yaitu mencari Ridlo Allah SWT. Ibadah, bekerja, mencari ilmu, bersodaqoh  tujuannya mencari Ridlo Allah SWT. Sholat, haji, puasa, zakat membantu orang lain, taat kepada orang tua semua mencari ridlo Allah SWT. Dan jika kita te;ah mendapat Ridlo maka apapun yang kita lakukan akan terasa mudah dan membahagiakan.     

5. PENGARUH POSITIF DARI BERIBADAH
Segala sesuatu baik itu perintah atau larangan pasti mempunyai hikmah (pengaruh positif) karena memang ending segala sesuatu adalah kebaikan. Ibarat sebuah pohon harapan akhir adalah berbuah atau sebuah kemanfaatan dan jika tidak, maka pohon itu tidak dapat diambil manfaatnya dan bisa jadi akan dipotong.
Begitu pula dengan orang Islam, ending adalah sebuah kemanfaatan bagi kemaslahatan umat. Sebagaimana pesan Nabi SAW ” Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bermanfaat kepada orang lain”. Dalam keterangan yang lain Rosul menyampaikan ” Muslim sejati adalah orang Islam yang menyelamatkan orang Islam lain dari gangguan lidah dan tangannya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar